FESTIVAL TABOT DI PROVINSI BENGKULU
Pada tanggal 1 sampai
dengan 10 Muharram H (Kalender Arab) setiap tahun di Kota Bengkulu
dilaksanakan Festival Tabot. Festival Tabot diselenggarakan
berdasarkan Pesta Budaya Tabot yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Bengkulu
dalam rangka memperingati gugurnya Amir Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW, di
Padang Karbala (Irak).
Perayaan ini telah
diselenggarakan secara tetap oleh masyarakat kota Bengkulu sejak abad 14.
Masyarakat kota Bengkulu percaya bahwa apabila perayaan ini tidak mereka
selenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan apabila perayaan Tabot ini penuh dengan kegiatan-kegiatan yang
bersifat ritual dan kolosal.
Upacara Ritual Tabot
sampai di Bengkulu dibawa oleh para penyebar agama Islam dari Punjab.
Para penyebar agama Islam dari Punjab yang datang ke Bengkulu pada waktu itu
adalah para pelaut ulung di bawah pimpinan Imam Maulana Irsyad. Rombongan Imam
Maulana Irsyad yang datang ke Bengkulu berjumlah 13 orang, antara lain terdapat
: Imam Sobari, Imam Bahar, Imam Suandari dan Imam Syahbuddin. Mereka tiba di
Bengkulu pada tahun 1336 Masehi (756/757 Hijriah).
Setibanya di Bengkulu
kaum Syiah penyayang Amir Hussain ini langsung melaksanakan rangkaian Upacara
Ritual Tabot yang diselenggarakan selama 10 hari, yakni dari akhir bulan
Dzulhijjah 756 H sampai dengan tanggal 10 Muharram 757 H. Nama Imam Maulana
Irsyad dan kawan-kawan ini kurang dikenal dalam sejarah, hal ini mungkin mereka
pada waktu itu belum menetap secara tetap di Bengkulu. Nama yang lebih dikenal
dalam sejarah Tabot di Bengkulu adalah Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo).
Upacara ritual budaya
tabot ini memiliki beberapa rangkaian secara berurutan yaitu dari tanggal 1
muharam sampai 10 muharam, yang pertama adalah Upacara Pengambilan Tanah, Yang
ke dua Upacara Duduk Penja, Urutan upacara yang ke tiga yaitu Upacara Menjara,
Setelah itu rangkaian upacara selanjutnya yang ke empat adalah Malam Arak
Jari-Jari dan Arak Seroban, Rangkaian acara yang ke lima adalah HARI GAM,
Setelah itu selanjutnya yang ke enam adalah Tabot Naik Pangkek, Selanjutnya
yang ke tujuh adalah ritual Malam Arak Gedang, Rangkaian ritual upacara tabot
yang terakhir adalah Arak-arakan Tabot Tebuang.
Sejak tahun
1990 pesta budaya tabot telah menjadi Budaya Bengkulu, yang diberi
nama Festival Tabot. Dalam Festival Tabot, perayaan yang semula hanya berisikan
upacara-upacara ritual diperkaya dengan berbagai atraksi tambahan yang mampu
memberi hiburan kepada masyarakat dan wisatawan. Selama 10 hari pelaksanaan
Festival Tabot, masyarakat dan wisatawan dapat menyaksikan rangkaian upacara
ritual Tabot dan menikmati berbagai pegelaran seni-budaya serta lomba-lomba
kreasi seni tradisional Bengkulu, seperti : lomba Ikan-Ikan, lomba
Telong-Telong (mungkin berasal dari kata Tengloleng atau Lampion dalam bahasa
Cina), lomba Dol, lomba tari, Lomba Barong Landong (mirip Ondel-Ondel Betawi),
untuk itu harus di meriahkan lagi agar dapat mengundang lebih banyak lagi wisatawan
untuk datang ke Provinsi Bengkulu.
Dalam perayaan tabot
hendak nya harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah Bengkulu serta dinas-dinas
terkait. Belakangan ini setiap tahun nya di setiap akan diadakan nya perayaan
tabot selalu ada permasalahan antara pro dan kontra terhadap penyelenggaraan
tabot, ada pihak yang menginginkan agar perayaan tabot ini di tiadakan karena
dianggap syirik. Tentunya kebijakan ini sangat di tentang keras bagi para
pemuka adat dan bagi keturunan-keturunan keluarga tabot karena upacara tabot
ini telah dilaksanakan secara turun temurun dari para leluhur mereka, dan
mereka percaya bahwa apabila perayaan ini tidak mereka selenggarakan maka akan
terjadi musibah atau bencana. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila perayaan
Tabot ini penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual dan kolosal.
Upacara
Tabot bagi masyarakat Bengkulu merupakan nilai agama yang sakral sekaligus
mengandung nilai sejarah dan sosial. Upacara Tabot juga sebagai perayaan untuk
penyambutan tahun baru Islam. Ada banyak pesan moral dan sosial dari ritual
Tabot bagi masyarakat Bengkulu. Salah satunya adalah selain manifestasi
kecintaan dan mengenang kepahlawanan Imam Hussein bin Ali, juga mengingatkan
manusia terhadap praktik penghalalan segala cara untuk menuju puncak kekuasaan
dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan sosial.
Pada
Festival Tabot ini, selain menggelar upcara ritual, biasanya juga dimeriahkan
pertunjukan seni, pasar rakyat, pameran kerajinan, lomba musik Dol, tari kreasi
tabot, telong-telong dan ikan-ikan (hiasan yang dibentuk menyerupai kuda,
pesawat, buroq, gajah, naga dsb), Tabot Besanding, dan beragam acara seni
lainnya. Apabila anda datang sehari sebelumnya maka jangan lewatkan melihat
tabot utama dan tabot kecil dipamerkan dengan lampu kerlap-kerlip menghiasi
gelapnya malam di kota Bengkulu.
Festival
Tabot di Bengkulu menggelar prosesi pengambilan tanah dari tempat yang
ditentukan untuk kemudian ditempatkan dalam replika keranda Imam Husein.
Berikutnya diiringi lantunan musik tradisional maka puluhan tabot akan diarak
mengelilingi kampung di Bengkulu. Dan kegiatan ini akan diiringi oleh suara
dari alat musik Dol yang berbentuk tambur bulat terbuat dari akar bagian bawah
pohon kelapa. Perayaan ini layaknya parade kendaraan hias dimana prosesi akhir
adalah pembuangan tabot di Daerah Pemakaman Karbela, Tanah Patah, Kota Bengkulu
yaitu sekira 3 Km dari Lokasi Festival Tabot. Pengarakan tabot ke tempat
pembuangan ini merupakan acara puncak Festival Tabot.
Sebagai
penikmat Budaya, saya melihat Tabot sebagai Warisan Budaya yang perlu terus di
cintai dan dihidupkan agar terus lestari. Terlepas ada pendapat dari sebagian
kalangan masyarakat yang melihat Budaya Tabot dari sisi yang sedikit berbeda.
Siapa lagi jika bukan kita yang terus menghargai dan melestarikan budaya
bangsa. Terus berbanggalah akan budaya dan keanekaragaman bangsa kita, sebagai
bentuk tolerasi Kebhinekaan Tunggal Ika.
Dalam Festival Tabot,
perayaan yang semula hanya berisikan upacara-upacara ritual diperkaya dengan
berbagai atraksi tambahan yang mampu memberi hiburan kepada masyarakat dan
wisatawan. Selama 10 hari pelaksanaan Festival Tabot, masyarakat dan wisatawan
dapat menyaksikan rangkaian upacara ritual Tabot dan menikmati berbagai
pegelaran seni-budaya serta lomba-lomba kreasi seni tradisional Bengkulu. Kita
harus membuka mata dan telinga dalam memajukan dan mengenalkan potensi-potensi
yang ada di provinsi Bengkulu, sebaiknya acara-acara di dalam 10 hari tersebut
dapat di tingkatkan lagi mengingat banyak nya kesenian-kesenian adat dan
permainan rakyat di provinsi Bengkulu sehingga dapat memaksimalkan dalam
mengeksplor potensi-potensi kesenian adat di provinsi Bengkulu, dengan begitu
setiap tahun nya akan semakin meriah dan tidak menutup kemungkinan akan banyak
wisatawan yang datang ke Bengkulu untuk menyaksikan festival tabot ini.
Oleh karena itu acara tabot
ini harus tetap di lestarikan karena selain sebagai salah satu ajang
pelestarian budaya daerah dan ajang silahturahmi, upacara tabot juga secara
tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian masyarakat bengkulu, serta ajang
memperkenalkan budaya daerah Bengkulu di kanca Nasional hingga Internasiaonal.